Lapak 'Sharing' Sorang Santri Indonesia di Maroko

Refleksi Wafatnya Mbah Maemoen Zubaer Sarang di Mekkah

Santri Maroko - Selasa, 06 Agustus 2019, kita dihebohkan dengan berita wafatnya salah seorang ulama besar Indonesia di tanah suci Mekkah.  Kepribadiannya sangat mulia hingga dihormati oleh semua kalangan dan golonngan tanpa terkecuali. Kharismanya adalah bukti bahwa Ia adalah orang alim yang dekat dengan Allah, penyayang umat dan cinta sesama.  Beliau adalah KH. Maemoen Zubaer, sesepun Nahdhatul Ulama sekaligus pemimpin pesantren dengan ribuan santri di Sarang, Rembang - Jawa Tengah.

Kabar tersebut cepat sekali menyebar, di grup-grup WA, Instagram, Facebook dan media sosial lainnya turut mengabarkan berita duka ini, duka teramat bagi  bangsa Indonesia. Kami yang berada di bumi paling barat sekalipun tahu, betapa  Mbah Moen _ sapaan akrab beliau adalah satu dari sedikit ulama panutan yang kami punya saat ini, namun akhirnya dipanggil pulang oleh kekasih abadinya.

Kami, pelajar Maroko yang meskipun tidak semua dari kita adalah santri yang pernah menimba ilmu secara langsung kepada beliau, namun hati ini  sama terlukanya. Kami juga merasa memiliki, sekaligus merasa kehilangan.

Hari itu bertepatan langsung dengan acara MUBES PPI Maroko 2019, yang mana kita disibukkan dengan forum demokrasi mahasiswa Indonesia yang dilakukan setahun sekali. Semua disubukkan dengan tugas masing-masing,  termasuk peserta.
Doa bersama atas wafatnya Mbah Moen

Hari berikutnya kami baru bisa melayatkan doa bersama, dirangkai dengan khataman al Qur'an dan tahlil. Dalam acara itu, sekaligus kami merenungkan diri, memetik pelajaran dari keteladanan hidup yang pernah Mbah Moen tampakkan. Beberapa santri beliau yang merupakan alumni Pesantren Sarang memberikan beberapa kesaksian hidup.


Ibadah itu Nomor Satu
Dikatakan bahwa Mbah Moen itu pasti menyempatkan diri untuk menjadi imam sholah jamaah di musholanya jika hendak bepergian. Jadi bisa dipastikan bahwa beliau selalu sholat berjamaah jika sedang tidak berhalangan. Usai sholat beliau juga selalu menyematkan diri untuk membaca Al Qur'an, padahal penglihatannya sudah tidak dinormalkan usia namun bacaannya sangat lancar.

Suka Mengasihi Sesama
Dikatakan bahwa ada seorang tetangga yang selalu memusuhi dan membenci Mbah Moen. Setiap hari pasti mengomeli beliau tanpa alasan yang jelas. Kendati demikian, Mbah Moen tetap berbuat baik kepadaya. Santrinya srring disuruh untuk mengirimkan makanan untuknya, menanyakan keadaannya dan mencoba memenuhi kebutuhannya karena ia adalah seorang janda.

Teruslah Mengaji 
Salah seorang santrinya menuturkan bahwa dulu ia pernah diberi pesan untuk selalu mengaji, belajar, dan berpegang teguh kepada kiai. Ngajio ngajio ngajio.

Sosok Kiai Nasionalis
Diceritakan bahwa dulu saat penetapan awal Ramadhan atau awal Syawal terjadi perbedaan antara pemerintah dengan Sarang. Setelah disowankan ke Mbah Moen, beliau mengatakan bahwa tidak ada yang menyelisihi pemerintah, semua harus sama karena pemerintah juga mempunyai tim sendiri yang ahli dalam bidangnya.

Kiranya masih begitu banyak keteladanan yang beliau berikan selama hidupnya yang tidak bisa dituturkan satu persatu oleh sanytrinya, juga tidak bisa saya tuliskan secara detail dan lengkap. Yang jelas, hari itu cuaca Mekkah yang biasanya sangat panas, mendadak mendung dan tutun hujan, seakan turut merasakan kesedihan atas kepergian orang alim bijak bestari dari dunia yang semakin gila ini.

0 Response to "Refleksi Wafatnya Mbah Maemoen Zubaer Sarang di Mekkah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel